--Trio dengan Soeharto dan Sultan HB IX
JAKARTA,TRIBUN--Sebuah fakta mencengangkan menyebut mantan Wakil Presiden Adam Malik adalah agen Dinas Rahasia Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA). Hal itu terungakap dalam buku berjudul Membongkar Kegagalan CIA, terjemahan dari Legacy of Ashes, the History of CIA karangan wartawan The New York Times Tim Weiner, terbitan Gramedia, tahun 2008.
"Stasiun di Jakarta memiliki segelintir kawan di militer atau pemerintah. Yang pasti stasiun CIA memiliki seorang agen yang punya posisi baik: Adam malik, mantan Marxis (Penganut aliran Karl Marx) berusia 48 tahun yang mengabdi sebagai duta besar Sukarno (ditulis bukan Soekarno, Red) di Moskow dan menteri perdagangannya, " demikian tulis Tim Weiner pada aline ketiga halaman 330 bukunya.
Buku ini menyebutkan, kendati Adam Malik pembantu Soekarno sebagai menteri, laki-laki kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara 22 Juli 1917, itu berseteru sengit dengan presiden tahun 1964. Setelah perseteruan itu, dia bertemu dengan perwira CIA, Clyde McAvoy di sebuah tempat rahasia dan aman di Jakarta. McAvoy adalah operator rahasia yang selama satu dekade sebelumnya telah membantu merekrut seorang perdana menteri masa depan bagi Jepang, dan dia datang ke Indonesia dengan tugas menyusup ke dalam PKI dan pemerintahan Soekarno.
"Saya merekrut dan mengontrol Adam Malik," ujar Mc Avoy dalam sebuah wawancara pada tahun 2005. "Dia adalah pejabat Indonesia tertinggi yang pernah kami rekrut."
Adam, pemilik nama lengkap Haji Adam Malik Batubara, diperkenalkan dengan McAvoy oleh seorang pengusaha Jepang di jakarta dan mantan seorang Partai Komunis di Jepang. Setelah Adam Malik direkrut CIA, Dinas mendapat persetujuan untuk meningkatkan program operasi rahasia untuk mendorong sebuah bajo politis di antara kelompok kiri (komunis), dan kanan (kaum agamawan) di Indonesia.
CIA merekrut Adam Malik dan dikaitkan langsung dengan penggulingan Soekarno. Bagi CIA, posisi Indonesia pada politik regional Asia Tenggara sangat strategis. Setelah mengalami polemik di Thailand karena hanya menciptakan ilusi demokrasi, CIA memulai operasi besar- besaran di seluruh Asia Tenggara setelah Perang Korea 1950-1953.
Di bawah kendali Duta Besar Luar Biasa Amerika di Bangkok, Wild Bill Donovan, Amerika ambisi mematahkan elan laju perkembangan komunisme di Asia Tenggara. Thailand sendiri saat itu berada dalam pimpinan militer diktator. CIA pun mulai membangun proses demokrasi untuk memilih pemimpin demokratis yang benar-benar berasal dari bawah sehingga Ameirka Serikat bisa bergantung pada sebuah rezim pro-Barat yang stabil di ranah Asia Tenggara.
CIA pun mengingatkan Gedung Putih bahwa hilangnya pengaruah Amerika di Indonesia akan membuat kemenangan di Vietnam tak berarti. Agen-agen pun bekerja keras untuk menemukan pemimpin baru Indonesia. Kemudian, 1 Oktober 1865, sebuah gempa politik pecah di Indonesia.
"Tujuh tahun setelah CIA berusaha menggulingkannya, Presiden Sukarno secara diam-diam melancarkan sesuatu yang tampak sebagi sebuah kudeta terhadap pemerintahan sendiri. Setelah memerintah selama dua dekade, Sukarno, yang meulai menaglami masalah kesehatan dan kemunduran dalam kemampuan membuat penilaian, telah berusaha menopang kepemimpinannya dengan bersekutu dengan parai Komunis Indonesia, PKI," tulis Tim Weiner.
Partai ini telah tumbuh berkembang menjadi kuat, berhasil merekrut banyak anggota baru, menjelma menjadi partai komunis terbesar di dunia di luar Soviet dan Cina, dengan anggota setidaknya berjumlah 3,5 juta orang.
Maneuver Sukarno untuk mendekat ke aliran kiri terbukti menjadi kesalah fatal. Setidaknya lima orang jenderal dibunuh pada malam itu, termasuk kepala staf Angkatan Darat. Dalam beberapa pekan kemudian, Oktober 1965, Indonesia terpecah dua.
"CIA berusaha mengonsilidasi sebuah pemerintahan bayangan, sebuah kelompok tiga serangkai yang terdiri atas Adam Malik, sultan yang memerintah di Jawa Tengah (Yogyakarta, Red), dan periwra tinggi angkatan darat berpangkat mayor jenderal bernama Suharto," tulis Tim (halaman 331).
Belakangan diketahui, Soeharto menjadi Presiden didampingi Wakil Presiden Sultan Hamengkubuwono IX. Pada masa itu, Adam Malik menjabat Wakil Perdana Menteri II/Menteri Luar Negeri RI (1966-1977), dan kemudian menjadi wakil presiden ke-3, tahun 1978-1983, menggantikan Hamengkubuwono IX. (Persda Network/domu damianus ambarita)
0 komentar:
Posting Komentar