Adam Malik yang wartawan (pendiri) Kantor Berita Antara dan dikenal sebagai diplomat kawakan, belakangan semakin lincah memanfaatkan hubungannua dengan CIA untuk mengadakan serangkaian rahasia dengan duta besar Amerika Serikat yang baru untuk Indonesia, Marshal Green.
"Sang Duta Besar mengatakan dia bertemu dengan Adam Malik "di sebuah lokasi rahasia" dan mendapatkan "gambaran sangat jelas tentang apa yang dipikirkan Soeharto dan apa yang dipikirkan Malik, serta apa yang mereka usulkan untuk dilakukan" buat membebaskan Indonesia dari komunisme melalui gerakan politik baru yang mereka pimpin, yang disebut Kap-Gestapu, " tulis Tim Weiner (halaman 331).
Duta Besar Green mengatakan, "Saya memerintahkan agar 14 walkie-talkie yang ada di keduaan yang digunakan untuk komunikasi darurat diserahkan kepada Suharto. Hal ini memberikan keamanan internal tambahan bagi dia dan semua perwira tingginya" -dan satu cara bagi CIA untuk memonitor apa yang sedang mereka kerjakan."
"Saya melaporkan hal ini ke Washington dan menerima pesan telegram yang sangat menyenangkan dari Willi Bundy," kata Green. Willi Bundy adalah asisten menteri luar negeri untuk urusuan Timur Jauh dan sahabat Green selama 30 thaun pada masa-masa belajar mereka sebagai mahasiswa.
Pada pertengahan Oktober 1965, Adam Malik mengirimkan seorang pembantunya ke kediaman perwira politik senior kedutaan, Bob Martens, yang p[ernah bertugas di Moskow ketika Adam malik juga bertugas di kota yang sama sebagai diplomat Indonesia. Martens menyerahkan kepada utusan Adam malik itu sebuah daftar yang tidak bersifat rahasia, yang berisi nama 67 pemimpin PKU, sebuah daftar yang telah dia rangkum dari kliping-kliping surat kabar. "Dokumen itu sama sekali bukanlah daftar orang yang akan dibunuh," ujar Martens.
ia menambahkan, "Itu hanyalah alat bagi nonkomunis yang pada dasarnya sedang berjuang mempertahankan nyawa mereka -- ingat, hasisl dari perjuangan hidup-mati kaum komunis dan nonkomunismasih meragukan, untuk mengenal pihak lawan."
Dua minggu kemudian, Dubes Green dibantu McGerge Bundy dan saudaranya, Bill memutuskan bahwa Suharto dan Kap-Gestapu layak mereka bantu. Mereka sepakat mendukung militer Indonesia dalam bentuk obat-obatan senilai Rp 500 dolar As yang dikirim melalui CIA, denagn catatan, angaktan darat akan menjual obat-obatan itu untuk mendapatkan uang tunai. Juga mengirimkan alat komunikasi canggih untuk pemimpin angkatan darat di Indonesia. Green pun mengirim tlegram kepada Bill Bundy yang merekomendasi pembayaran uang dalam jumlah besar kepada Adam Malik.
"Itu untuk menegaskan persetujuan saya sebelumnya bawha kita menyediakan uang sebesar Rp 50 juta (sektiar 10.000 dolar AS) buat Malik untuk membiayai semua kegiatan Kap-Gestapu, " kata Green. (Persda Network/domuara damianus ambarita)
0 komentar:
Posting Komentar